Cerita Pak Kasim dan Ular
Oktober 23, 2015
Edit
Pak Kasim dan isterinya tinggal di tepi hutan. Mereka berdua saja karena tidak mempunyai anak. Tiap hari pak Kasim mencari kayu bakar di hutan untuk dijual atau ditukar dengan barang kebutuhan lainnya.
Suatu siang, pak Kasim yang sudah mengumpulkan kayu sejak pagi, beristirahat di bawah pohon yang rindang. Tiba-tiba terdengar suara, “Tolong! Tolong keluarkan aku.”
Suatu siang, pak Kasim yang sudah mengumpulkan kayu sejak pagi, beristirahat di bawah pohon yang rindang. Tiba-tiba terdengar suara, “Tolong! Tolong keluarkan aku.”
Pak Kasim mencari asal suara itu dan melihat sebatang pohon yang tumbang menutupi sebuah lubang besar. Pak Kasim mengintip ke dalam lubang dan melihat seekor ular besar berusaha mendorong pohon tumbang itu.
Pak Kasim takut dan bermaksud pergi saja dari situ. Tapi ular itu memanggilnya, “Jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu.“
Pak Kasim ragu-ragu. Tapi ular itu berbicara lagi. “Tolong pindahkan pohon ini agar aku bisa ke luar. Aku akan mamberikan apa saja yang kauminta.”
Pak Kasim mendorong batang pohon sehingga ular itu bisa ke luar dari lubang.
“Sekarang katakan apa yang kau inginkan.” kata ular.
“Aku orang miskin,” kata pak Kasim. “Aku ingin menjadi kaya.”
“Baiklah,” jawab ular. “Pulanglah.”
Pak Kasim pulang dan rumahnya yang reyot sudah menjadi gedung yang megah. Bahkan isterinya mengenakan pakaian dan perhiasan yang indah. Di meja makan sudah tersedia makanan yang lezat. Sekarang Pak dan Bu Kasim menikmati hidup sebagai orang kaya, bahkan tanpa harus bekerja.
Tak lama kemudian, para tetangga mulai membicarakan pasangan yang mendadak menjadi kaya raya itu.
Bu Kasim merasa tidak enak. “Pak,” katanya kepada suaminya. “Para tetangga membicarakan kita. Katanya kira merampok sehingga menjadi kaya.”
“Biarkan saja, bu.” Kata Pak Kasim. “Mereka hanya iri.”
Beberapa hari kemudian, Bu Kasim berkata, “Kita memang kaya dan hidup enak, tapi aku tidak suka karena orang-orang justeru mengejek kita.”
“Pergilah menemui ular itu lagi, pak. Mintalah agar mereka menghormati kita.”
Pak Kasim pergi ke lubang ular itu dan menceritakan apa yang terjadi.
“Baiklah,” kata ular. “Pulanglah. Kau sudah menjadi raja sekarang. Tapi ingat, kau harus menjadi raja yang adil dan bijaksana.”
Pak Kasim pulang. Baru saja ia masuk ke rumah, ada orang mengetuk pintunya. Ternyata beberapa pengawal berdiri di depan rumahnya. Mereka menceritakan bahwa raja telah turun tahta dan menjadi pertapa. Sekarang mereka ingin pak Kasim menjadi raja.
Pak Kasim dibawa ke istana dan dinobatkan menjadi raja. Bu Kasim menjadi permaisuri. Semua orang menghormati mereka dan melakukan semua perintah mereka.
Pada suatu hari, permaisuri ingin memakai gaun kesayangannya. Tapi baju itu belum kering setelah dicuci. Permaisuri kesal.
Esok harinya, matahari bersinar terik sekali. Permaisuri kepanasan. Ia pergi ke kolam di istana bersama beberapa pelayan. Tapi sinar matahari membuat kulitnya terbakar.
Permaisuri menemui raja. “Pak, biar pun kita raja dan ratu, tapi kita hanya dihormati oleh manusia. Pergilah ke ular itu dan mintalah agar matahari mematuhi kita.”
Raja pergi ke hutan menemui ular dan mengutarakan keinginannya. Ular menjadi marah.
“Pulanglah, pak Kasim,” kata ular. “Aku tak dapat menuruti keinginanmu. Kau terlalu serakah dan mementingkan diri sendiri.”
Pak Kasim pun pulanglah ke istana. Ia merasa lega. Setidaknya ia masih menjadi raja.
Tapi esok harinya, raja yang asli kembali dari pertapaan. Pak Kasim dan isterinya dipersilakan kembali ke rumah mereka. Bu Kasim tidak puas, tapi tidak dapat berbuat apa-apa.
Ketika mereka tiba di depan rumah, gedung megah mereka sudah tidak ada lagi. Di sana hanya ada rumah tua mereka yang sudah reyot.
Jika Anda menyukai Cerita Pak Kasim dan Ular, Anda bisa membagikannya ke Twitter, Facebook, Google+, Pinterest atau ke situs lainnya (tentunya menyertakan link balik ke http://direktoricerita.blogspot.co.id/).
Pak Kasim takut dan bermaksud pergi saja dari situ. Tapi ular itu memanggilnya, “Jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu.“
Pak Kasim ragu-ragu. Tapi ular itu berbicara lagi. “Tolong pindahkan pohon ini agar aku bisa ke luar. Aku akan mamberikan apa saja yang kauminta.”
Pak Kasim mendorong batang pohon sehingga ular itu bisa ke luar dari lubang.
“Sekarang katakan apa yang kau inginkan.” kata ular.
“Aku orang miskin,” kata pak Kasim. “Aku ingin menjadi kaya.”
“Baiklah,” jawab ular. “Pulanglah.”
Pak Kasim pulang dan rumahnya yang reyot sudah menjadi gedung yang megah. Bahkan isterinya mengenakan pakaian dan perhiasan yang indah. Di meja makan sudah tersedia makanan yang lezat. Sekarang Pak dan Bu Kasim menikmati hidup sebagai orang kaya, bahkan tanpa harus bekerja.
Tak lama kemudian, para tetangga mulai membicarakan pasangan yang mendadak menjadi kaya raya itu.
Bu Kasim merasa tidak enak. “Pak,” katanya kepada suaminya. “Para tetangga membicarakan kita. Katanya kira merampok sehingga menjadi kaya.”
“Biarkan saja, bu.” Kata Pak Kasim. “Mereka hanya iri.”
Beberapa hari kemudian, Bu Kasim berkata, “Kita memang kaya dan hidup enak, tapi aku tidak suka karena orang-orang justeru mengejek kita.”
“Pergilah menemui ular itu lagi, pak. Mintalah agar mereka menghormati kita.”
Pak Kasim pergi ke lubang ular itu dan menceritakan apa yang terjadi.
“Baiklah,” kata ular. “Pulanglah. Kau sudah menjadi raja sekarang. Tapi ingat, kau harus menjadi raja yang adil dan bijaksana.”
Pak Kasim pulang. Baru saja ia masuk ke rumah, ada orang mengetuk pintunya. Ternyata beberapa pengawal berdiri di depan rumahnya. Mereka menceritakan bahwa raja telah turun tahta dan menjadi pertapa. Sekarang mereka ingin pak Kasim menjadi raja.
Pak Kasim dibawa ke istana dan dinobatkan menjadi raja. Bu Kasim menjadi permaisuri. Semua orang menghormati mereka dan melakukan semua perintah mereka.
Pada suatu hari, permaisuri ingin memakai gaun kesayangannya. Tapi baju itu belum kering setelah dicuci. Permaisuri kesal.
Esok harinya, matahari bersinar terik sekali. Permaisuri kepanasan. Ia pergi ke kolam di istana bersama beberapa pelayan. Tapi sinar matahari membuat kulitnya terbakar.
Permaisuri menemui raja. “Pak, biar pun kita raja dan ratu, tapi kita hanya dihormati oleh manusia. Pergilah ke ular itu dan mintalah agar matahari mematuhi kita.”
Raja pergi ke hutan menemui ular dan mengutarakan keinginannya. Ular menjadi marah.
“Pulanglah, pak Kasim,” kata ular. “Aku tak dapat menuruti keinginanmu. Kau terlalu serakah dan mementingkan diri sendiri.”
Pak Kasim pun pulanglah ke istana. Ia merasa lega. Setidaknya ia masih menjadi raja.
Tapi esok harinya, raja yang asli kembali dari pertapaan. Pak Kasim dan isterinya dipersilakan kembali ke rumah mereka. Bu Kasim tidak puas, tapi tidak dapat berbuat apa-apa.
Ketika mereka tiba di depan rumah, gedung megah mereka sudah tidak ada lagi. Di sana hanya ada rumah tua mereka yang sudah reyot.
***
Jika Anda menyukai Cerita Pak Kasim dan Ular, Anda bisa membagikannya ke Twitter, Facebook, Google+, Pinterest atau ke situs lainnya (tentunya menyertakan link balik ke http://direktoricerita.blogspot.co.id/).