Peniup Seruling Dari Hamelin, Cerita Rakyat Jerman
Agustus 16, 2016
Edit
Alkisah Rakyat ~ Tikus-tikus itu memenuhi sawah, ladang, jalanan, bahkan masuk ke rumah penduduk. Jumlah mereka sangat banyak. Bahkan kucing pun takut pada tikus-tikus itu. Hamelin, kota indah di Jerman itu, diserang wabah tikus !
Penduduk kota merasa tak tenang. Mereka meminta Walikota untuk segera mengatasi masalah itu. Walikota lalu membuat sayembara. Siapa saja yang dapat mengusir kawanan tikus keluar dari Hamelin, akan mendapat hadiah 1.000 keping uang perak Florine. Hadiah yang sangat menggiurkan. Banyak orang mencoba memenangka sayembara tersebut. Sayang, mereka gagal.
Pada suatu hari, datanglah seorang pemuda berpakaian aneh ke rumah Walikota. Pemuda itu mengaku berasal dari Hamelin. Meski tak seorang di Hamelin pernah melihatnya.
"Serahkan masalah tikus ini kepadaku. Aku bisa mengusir semua tikus dari Hamelin. Tapi, Tuan Walikota harus berjanji untuk memberiku 1.000 keping perak Florine, jika pekerjaanku selesai."
"Tentu saja, aku selalu menepati janjiku!" jawab Walikota meyakinkan.
Si pemuda lalu mengeluarkan suling dari tasnya. Sebuah suling panjang dan sangat halus. Ketika suling itu ditiupnya, keanehan mulai terjadi. Semua tikus terpaku mendengarkan alunan musik dari seruling. Hewan-hewan itu mengikuti setiap langkah si pemuda.
Si Peniup Suling lalu membawa semua tikus keluar dari Hamelin.
Setibanya di sungai, ia naik perahu sambil terus meniup suling. Sementara perahu melaju, tikus-tikus tetap mengikutinya. Hewan pengerat itu pun tenggelam di sungai. Setelah berhasil melaksanakan tugasny, Si Pemuda pergi menemui Walikota untuk meminta hadiah.
"Tuan, aku sudah menyelesaikan tugas. Kota Hamelin aman dari gangguan tikus. Mereka tdak akan pernah kembali lagi. Bolehkan aku meminta upahku?" tanya Pemuda itu.
Lain di mulut, lain di hati. Walikota ternyata ingkar janji. Ia menolak membayar upah pemuda itu. "Tentu saja tikus-tikus itu tak akan kembali. Mereka sudah mati!" jawab Walikota.
"Ya, benar sekali!" kata beberapa warga Hamelin mengiyakan.
Rupanya mereka setali tiga uang dengan Walikota. Para warga menolak untuk membayar upah 1.000 keping perak Florine kepada Pemuda Peniup Seruling.
Si Pemuda merasa sangat kecewa. Hatinya terasa pedih karena telah dibohongi. Sambil melangkah pergi, ia meniup serulingnya lagi di depan warga Hamelin untuk terakhir kalinya.
Kali ini yang mengikutinya bukan tikus, melainkan anak-anak. Semua anak di Hamelin mengikutinya keluar kota, melewati gunung dan lembah, lalu menghilang di sebuah gua. Orang-orang di Hamelin mulai menyesal dengan perbuatannya. Mereka telah melanggar janjinya sendiri. Tetapi, semuanya sudah terlambat. Anak-anak telah jauh dibawa pergi oleh pemain seruling itu.
Pesan Moral :
Ucapkan terima kasih jika mendapat bantuan dari orang lain. Beri penghargaan sepantasnya. Setiap karya yang bermanfaat perlu mendapat apresiasi.
Sumber : Google