Penyumpit Dan Putri Malam
Agustus 07, 2016
Edit
Penyumpit Dan Putri Malam ~ Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pemuda bernama Penyumpit. Ia hidup sebatang kara di sebuah rumah kecil milik orang tuanya. Orang tua Penyumpit telah lama meninggal dunia. Semasa hidup, ayah penyumpit sering berutang kepada seorang kepala desa bernama Pak Raje. Pak Raje adalah orang yang kaya raya, namun jahat dan licik. Utang ayah Penyumpit tidak pernah lunas karena Pak Raje selalu melipat gandakannya. Kini, kedua orangtua Penyumpit telah tiada. Namun, utang-utang ayahnya tak kunjung terlunasi.
Sebagai anak yang berbakti kepada orangtua dna berusaha membalas budi kepada Pak Raje, Penyumpit menjaga sawah milik Pak Raje yang berbulir-bulir padinya sudah mulai menguning. Ia harus menjaganya siang dan malam.
Suatu hari, Pak Raje meminta Penyumpit datang ke rumahnya. Ia hendak membicarakan tugas yang harus dikerjakan Penyumpit berikut peraturannya. Penyumpit pun datang dengan setengah berlari menghadap Pak Raje.
"Hai Penyumpit, pergilah kamu menjaga sawahku! Aku tidak akan membayar sepeser pun karena ayahmu masih berutang padaku," ketus Pak Raje. "Baik Tuan," jawab Penyumpit.
"Oh iya, satu hal lagi yang harus kau ingat. Jika sampai sawahku rusak, aku akan mendendamu. Kamu harus membayar semua kerusakan itu!" kata Pak Raje kembali dengan gayanya yang memerintah. Padahal, Pak Raje tahu, kemungkinan besar sawahnya dapat dimasuki babi-babi hutan yang dapat merusaknya.
"Baik Tuan," Penyumpit menyanggupinya tanpa berkomentar apa-apa.
Penyumpit pun pergi meninggalkan rumah Pak Raje yang mewah. Ia segera melaksanakan perintah tuannya untuk menjawa sawah yang sebentar lagi akan panen. Ia bekerja siang dan malam tanpa henti. Siang hari, Penyumpit menuai padi, sedangkan malam harinya ia menjaga sawah agar tidak dirusak oleh babi hutan. Hal ini membuat Penyumpit dapat tertidur sebentar saja pada pagi hari.
Enam hari telah Penyumpit lalui dengan lancar menjaga sawah Pak Raje. Pada hari ketujuh, ketika sedang asyik duduk di saung mengawasi sawah Pak Raje, tampak sesosok babi hutan memasuki wilayah persawahan tuannya.
Dengan sigap, Penyumpit melemparkan tombak yang ia bawa ke arah babi hutan tersebut. Akhirnya, terdengar suara pekikan babi hutan kesakitan. Ternyata, mata tombak si Penyumpit mengenai kaki babi hutan. Penyumpit pun berlari ke arah babi hutan yang terluka. Namun, babi hutan tersebut sudah menghilang. Hanya ada tetesan darah dari tubuh babi hutan itu yang berceceran di sepanjang jalan.
Kemudian, Penyumpit mengikuti jejak tetesan darah tersebut hingga ke dalam hutan. Ia juga ingin mengetahui letak persembunyian para babi hutan. "Wah, dimana letak para babi hutan itu bersembunyi ya? Aku harus menemukannya. Jika aku tidak menemukannya, pasti sawah Pak Raje akan dirusak lagi," kata Penyumpit dalam hati.
Sebagai anak yang berbakti kepada orangtua dna berusaha membalas budi kepada Pak Raje, Penyumpit menjaga sawah milik Pak Raje yang berbulir-bulir padinya sudah mulai menguning. Ia harus menjaganya siang dan malam.
Suatu hari, Pak Raje meminta Penyumpit datang ke rumahnya. Ia hendak membicarakan tugas yang harus dikerjakan Penyumpit berikut peraturannya. Penyumpit pun datang dengan setengah berlari menghadap Pak Raje.
"Hai Penyumpit, pergilah kamu menjaga sawahku! Aku tidak akan membayar sepeser pun karena ayahmu masih berutang padaku," ketus Pak Raje. "Baik Tuan," jawab Penyumpit.
"Oh iya, satu hal lagi yang harus kau ingat. Jika sampai sawahku rusak, aku akan mendendamu. Kamu harus membayar semua kerusakan itu!" kata Pak Raje kembali dengan gayanya yang memerintah. Padahal, Pak Raje tahu, kemungkinan besar sawahnya dapat dimasuki babi-babi hutan yang dapat merusaknya.
"Baik Tuan," Penyumpit menyanggupinya tanpa berkomentar apa-apa.
Penyumpit pun pergi meninggalkan rumah Pak Raje yang mewah. Ia segera melaksanakan perintah tuannya untuk menjawa sawah yang sebentar lagi akan panen. Ia bekerja siang dan malam tanpa henti. Siang hari, Penyumpit menuai padi, sedangkan malam harinya ia menjaga sawah agar tidak dirusak oleh babi hutan. Hal ini membuat Penyumpit dapat tertidur sebentar saja pada pagi hari.
Enam hari telah Penyumpit lalui dengan lancar menjaga sawah Pak Raje. Pada hari ketujuh, ketika sedang asyik duduk di saung mengawasi sawah Pak Raje, tampak sesosok babi hutan memasuki wilayah persawahan tuannya.
Dengan sigap, Penyumpit melemparkan tombak yang ia bawa ke arah babi hutan tersebut. Akhirnya, terdengar suara pekikan babi hutan kesakitan. Ternyata, mata tombak si Penyumpit mengenai kaki babi hutan. Penyumpit pun berlari ke arah babi hutan yang terluka. Namun, babi hutan tersebut sudah menghilang. Hanya ada tetesan darah dari tubuh babi hutan itu yang berceceran di sepanjang jalan.
Kemudian, Penyumpit mengikuti jejak tetesan darah tersebut hingga ke dalam hutan. Ia juga ingin mengetahui letak persembunyian para babi hutan. "Wah, dimana letak para babi hutan itu bersembunyi ya? Aku harus menemukannya. Jika aku tidak menemukannya, pasti sawah Pak Raje akan dirusak lagi," kata Penyumpit dalam hati.
Ketika makin masuk ke dalam hutan, Penyumpit dikagetkan dengan berubahnya babi yang ia lukai menjadi seorang putri cantik. Ia pun terdiam beberapa saat karena tidak memercayai apa yang dilihatnya.
"Wahai putri yang cantik, kaukah babi yang terluka tadi?" tanya Penyumpit.
"Benar, Akulah yang tadi menjelma menjadi seekor babi. Namaku Putri Malam," ucap Putri Malam sambil merintih menahan sakit.
"Maafkan aku Putri. Aku telah melukaimu. Mari aku bantu mengobati luka di kakimu," ucap Penyumpit menawarkan diri untuk membantu.
Secara perlahan Penyumpit membersihkan luka dan darah yang mengalir di kaki Putri Malam. Lalu, dengan bantuan buluh (tanaman berumpun, berakar serabut, batangnya beruas-ruas, berongga, dan keras) yang ukurannya sehasta, Penyumpit mencabut mata tombak yang menusuk kaki Putri Malam. "Auuuu...," teriak Putri Malam menahan sakit.
"Tunggu sebentar disini Putri! Aku akan mencari daun kemunting untuk menghentikan pendarahanmu," ujar Penyumpit.
Penyumpit pun pergi dari hadapan Putri Malam untuk mencari daun kemunting. Tidak berapa lama, ia kembali dengan membawa daun kemunting. Dengan segera, ia menumbuk daun itu menjadi halus dan membalurkannya di luka sang putri.
Keesokan harinya, Putri Malam sudah bisa berjalan kembali. Sebagai tanda terima kasih ia memberikan beberapa bungkusan yang berisi kunyit, buah nyatoh, daun simpur, dan buah jering kepada Penyumpit.
"Kamu baru boleh membuka bungkusan ini setelah tiba di rumah," pesan sang putri.
Penyumpit akhirnya kembali ke rumah dan mematuhi pesan Putri Malam. Setibanya di rumah, ia segera membuka bungkusan tadi. Betapa terkejutnya ia, ternyata bungkusan yang berisi rempah-rempah itu berubah menjadi emas, berlian, permata, dan intan.
"Apa yang terjadi? Rempah-rempahnya berubah menjadi emas, berlian, permata, dan intan," teriak Penyumpit tidak percaya. Si Penyumpit kini menjadi orang yang kaya raya.
Kemudian, ia pergi ke rumah Pak Raje untuk membayar semua utang-utang almarhum ayahnya. Selain itu, ia juga terbebas dari tindakan sewenag-wenang Pak Raje yang mempekerjakan ia siang dan malam.
Pak Raje keheranan melihat Penyumpit dapat melunasi utang-utang almarhum ayahnya yang berjumlah besar. "Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak ini Penyumpit? Jangan-jangan kamu telah mencuri ya. Aku tidak mau menerima harta haram," ucap Pak Raje dengan gusar.
"Maaf Tuan, saya tidak pernah mencuri dari siapapun. Ini saya dapatkan dengan halal. Ada seorang putri cantik yang baik hati memberikan ini semua kepada saya, Tuan," ucap Penyumpit menjelaskan.
Akhirnya, Penyumpit menjelaskan peristiwa malam itu. Ia mengatakan semuanya kepada Pak Raje sampai dia mendapatkan bungkusan dari Putri Malam yang isinya telah berubah menjadi barang-barang berharga. Rupanya Pak Raje pun tertarik untuk mendapatkan harta dengan cara yang mudah.
Diam-diam Pak Raje berniat untuk mengikuti jejak yang pernah dilakukan Penyumpit. Ia pergi tengah malam menjawa sawahnya dan kemudian menombak babi hutan yang masuk ke sawah. Setelah itu, Pak Raje mengikuti babi yang terluka dan masuk ke dalam hutan. Di dalam hutan, ia mengobati babi hutan yang terluka. Karena tidak terbiasa jaga malam, Pak Raje terserang rasa kantuk. Ia pun tertidur pulas. Setelah itu apa yang terjadi kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Pak Raje akhirnya mengalami kesialan. Bukanlah Putri Malam yang ia temui setelah terbangun dari tidurnya, melainkan puluhan babi yang besar-besar menyerangnya. Ia pun mati mengenaskan dengan tubuh yang hancur.
Berita kematian Pak Raje membuat terkejut keluarganya. Putri tertua Pak Raje menyampaikan kejadian itu pada Penyumpit. Alangkah terkejutnya Penyumpit mendengar Pak Raje mati karena mengikuti jejaknya menombak babi hutan kemudian menolongnya. Penyumpit pun datang ke rumah Pak Raje. Disana, ia melihat jasad tubuh Pak Raje yang sudah tidak utuh lagi.
Meskipun Pak Raje selalu berbuat jahat pada Penyumpit, Penyumpit tak pernah dendam. Dengan niat baik, Penyumpit berusaha menolong Pak Raje dengan mengucapkan doa dan mantra khusus untuk memohon kehidupan kembali Pak Raje kepada para Dewa.
Doa Penyumpit akhirnya dikabulkan Dewa. Tidak berapa lama kemudian, tubuh Pak Raje menyatu dengan sendirinya. Luka-luka Pak Raje pun sembuh dan ia hidup kembali. Pak Raje merasa malu kepada Penyumpit karena ia selalu berbuat jahat.
"Hai Penyumpit yang baik hati, maafkan atas segala kesalahanku. Aku telah berbuat salah kepadamu dan keluargamu. Sebagai rasa terima kasihku kepadamu, menikahlah kamu dengan anakku," ucap Pak Raje pada Penyumpit.
Beberapa minggu kemudian, Penyumpit menikah dengan anak perempuan Pak Raje. Kini, Penyumpit menjadi orang kaya raya dan hidup bahagia dengan istrinya. Walaupun begitu, ia tetap tidak sombong maupun kikir kepada orang lain. Pak Raje pun menjadi orang yang baik hati dan tidak sombong. Bahkan si Penyumpit diminta Pak Raje untuk menjabat sebagai kepala desa menggantikan dirinya.
Pesan Moral :
Meskipun kita memiliki segalanya, tetaplah menjadi orang yang rendah hati dan selalu menolong orang lain. Sebab, orang yang rendah hati dan suka menolong akan mendapatkan balasan yang baik pula. Jangan pula menjadi orang yang sombong dan kikir.
Sumber : Google