-->

Cerita Rakyat Jambi - Dongeng Putri Tangguk

Dongeng Putri Tangguk
Dongeng Putri Tangguk
Dahulu kala, ada seorang wanita yang sangat suka bekerja. Siang malam ia menanam dan menuai padi di sawah. Berkat kerajinannya, dewa padi memberkahinya dengan panen yang berlipat ganda. Meski sawahnya hanya seluas 'tangguk' ( jaring untuk menangkap udang ), padi yang dihasilkan sudah bisa memenuhi tujuh lumbung padi. Karena itu pula, ia dijuluki Putri Tangguk. Sayangnya, karena terlalu asik bekerja Putri Tangguk sering lupa merawat diri dan ketujuh anaknya. 

Suatu hari, panen padi mereka melimpah ruah. Putri Tangguk mengajak ketujuh anak dan suaminya untuk membantunya menuai padi. Namun saat melewati jalan yang licin, Putri tangguk malah jatuh terpeleset. Pantatnya sakit dan ia terus mengomel. Dengan angkuh, Putri Tangguk menyuruh suami dan anaknya untuk menebar padi di sepanjang jalan agar jalanan tidak licin. 

Malam harinya, ia lalai memasak nasi untuk ketujuh anaknya. Mereka menangis karena kelaparan. Susah payah Putri Tangguk membujuk anaknya agar mau menunggu hingga esok tiba. Esok harinya, saat Putri Tangguk akan mengambil beras di lumbungnya, alangkah terkejutnya ia mendapati lumbung itu talah kosong melompong. Anak - anaknya menangis semakin keras. 

Putri Tangguk segera berlari menuju sawahnya untuk menuai padi. Namun, padi yang sebelumnya menguning telah berganti menjadi rerumputan tebal yang tidak berguna. Kini sawah itu tidak menghasilkan apa - apa lagi. Putri Tangguk langsung menangis dan berjalan gontal menuju rumahnya. 

Sesampainya di rumah, tubuhnya sangat lemas dan ia langsung tertidur. Di dalam tidurnya ia bermimpi, ada seorang kakek tua menatapnya dengan mata yang berkilat-kilat marah. Ternyata padi itu adalah jelmaan salah satu dari padi di sawahnya. Putri Tangguk melihat dirinya sendiri, saat ia menyebarkan padi di jalan, ada sebutir padi berwarna hitam yang ia campakkan begitu saja. 

"Apa kau lihat butiran padi yang berwarna hitam itu?" tanya kakek tua. Dengan takut-takut Putri Tangguk Mengangguk. "Dialah raja kami, yang memberkahimu dengan panen yang berlimpah. Saat kau mencampakkannya ke jalan, kau telah menyakiti hati para padi, sehingga mereka tidak mau lagi menolongmu," lanjut kakek tua itu. Mendengar ucapan sang kakek, Putri Tangguk menangis memohon ampun dan meminta sang kakek menumbuhkan padi lagi di sawahnya. Tangisan memelas Putri Tangguk akhirnya menyurutkan hati sang kakek "baiklah, kami akan tumbuh lagi disawahmu, tapi kini kau tidak boleh lalai merawat keluargamu". 

Kini sawah Putri Tangguk sudah kembali dipenuhi oleh padi yang ranum. Putri Tangguk pun berubah menjadi seorang ibu yang sejati, rajin meraat diri dan anak-anaknya. Sikapnya juga berubah menjadi ramah. Ia pun semakin disukai oleh para tetangganya. Kini, ia jauh lebih berbahagia dari sebelumnya. 

  • Putri Tangguk mengisahkan kesombongan seseorang yang merasa bangga akan kerja keras dirinya sendiri. Ia tidak lagi mengingat bahwa ada Tuhan sebagai pemberi Berkah. Ia hanya memusatkan perhatiannya pada usahanya semata.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel